Jumat, 15 Februari 2013

PUISI



Hambarnya Cinta

Oleh : Adlin Fakhrana

Kata orang…
Cinta itu indah
Kata orang…
Cinta itu selalu buat kita tersenyum
Namun apa yang kurasakan berbeda
Aku tidak merasakan indahnya cinta
Yang aku rasakan hanya pedih
Dah basahnya air mata yang mengalir
Apa ini yang namanya cinta juga?
Apa karena aku tidak mengerti arti cinta sebenarnya?
Tapi yang aku tahu cinta itu tidak sepedih ini
Entah sejak kapan rasa cinta di antara kita berubah jadi hambar
Karena egomu, perlakuan kasarmu
Hal itu menjadi ada
Aku memang mencintaimu
Tapi bukan cinta ini yang kuinginkan

CERBUNG



Penantian Panjang
                                
Ku coba pejamkan mata ini untuk sekian kalinya. Entah tidak biasanya raga ini belum juga terlelap dalam gambaran mimpi-mimpi. Bayangan dirinya selalu mengahantui pikiran  ini, entah apa namanya.  Seolah sosok itu menjadi suatu yang selalu berputar dan melayang dipikiranku. Apakah ini yang namanya jatuh cinta seperti yang diceritakan teman-temanku? Ya aku harap itu benar. Lelaki yang telah membuatku tidak perlu untuk bermimpi lagi, seolah kebahagiaan sudah terukir bersama dirinya.
Waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi, tapi mata ini masih tidak mau berkompromi dengan rasa kantuk yang begitu dalam. Apakah ia bernasib sama denganku sekarang? Apa ia juga memikirkan diriku layaknya hal diriku yang memikirkan dirinya?
Perkenalkan aku Siska, mahasiswa baru di universitas swasta daerah Jakarta. Dari awal masuknya diriku dalam ruang lingkup yang baru ini perasaan itu semua dimulai. Pertemuan dengan mahasiswa baru pagi itu berjalan dengan lancar. Aku pun berkenalan dengan Nia dan Sari yang sekarang menjadi sahabatku di kelas yang baru ini. Mereka sangat asik dan sangat rajin sehingga aku pun tertular virus rajin dari mereka berdua.
Sebulan pun berlalu melewati hari demi hari di kampus, mengerjakan setumpuk tugas yang selalu hadir seolah itu menjadi kebutuhan pokok di kehidupanku yang baru ini. Hingga suatu saat senyuman indah itu hadir, penyemangat untuk mengerjakan setumpuk tugas itu telah datang, seolah tuhan telah mengirimkan malaikat tanpa sayap untuk menemani setiap hariku.
Malaikat tanpa sayap itu bernama Dika, lelaki yang berwajah tampan menunjukan kedamaian di dalam dirinya. Aku tentram setiap bersama dirinya. Dari awal perkenalanku dengan dirinya tergores begitu manis, diriku seperti sedang memerankan sebuah FTV yang sangat romantis dan aku menjadi peran utamanya. Kalau mengenang hal itu membuat ku tersenyum sendiri dan tinggal menunggu orang disekitaku bertanya kenapa. Aku hanya bisa menjawab dengan senyuman pula. Dari salah berkenalan dengan seseorang, aku menjadi kenal dia. Entah apa yang sudah direncanakan oleh Tuhan melalui perjalanan lucu ini.
Siang itu, ponselku bergetar menunjukan ada pesan masuk, dan ternyata pesan itu dari nomor yang belum aku kenal. Kubaca pesan itu perlahan, dan tertulis dipesan itu sebuah namaku. Entah siapa sosok yang mempunyai nomor ini dan mengetahui namaku. Kubuang pikiran negatif yang sempat terlintas dalam otakku. Dan ku balas pesan itu dengan menanyakan siapa dia. Tak beberapa lama, nomor itupun membalas pesan dari diriku dengan memperkenalkan dirinya yaitu Dika. Dari percakapan itu pun, aku mengetahui ternyata dia satu universitas denganku, dan dia sedang mencari perempuan cantik yang dia lihat sewaktu rapat laboraturium itu. Dia menduga diriku adalah orang yang dituju. Karena rasa penasarannya denganku, ia mengajakku untuk bertemu.
Ku menunggu dirinya di depan kelasku, entah mengapa degupan jantungku semakin cepat. Detik-detik berlalu seolah berubah menjadi jam-jam yang sangat lama. Lalu ponselku bergetar menunjukan pesan masuk yang ternyata dari dirinya. Isi pesan itu menyatakan bahwa dia sudah berada didepan kelasku. Dengan langkah gemetar ku menghampiri dirinya. Di depan kelasku, terlihat sosok laki-laki tinggi kurus berpakaian rapi. Kuyakinkan ia adalah Dika. Saat kulihat wajahnya, entah mengapa seolah waktu dan sekelilingku berhenti. Ukiran indah wajahnya membuat mata ini tidak mau berkedip. Namun aku segera tersadar dan langsung  memperkenalkan diri, terlihat raut kebingungan dari wajahnya. Otakku bertanya-tanya mengapa dia. Sekian lama dalam kebingungan itupun, akhirnya pertanyaanku terjawab. Ternyata aku bukan orang yang dituju.
Awalnya aku malu karena ternyata bukan aku yang dituju olehnya, namun karena hal itu aku bersyukur bisa mengenal dirinya. Lelaki itu pun melanjuti pencarian sosok perempuan cantik yang dicarinya. Hingga ia mengabariku bahwa ia telah menemukan perempuan cantik yang beruntung dicari olehnya. Tiba-tiba perasaan bad mood itu muncul mendengar hal itu. Aku tidak mau tahu hal itu. Hatiku hancur seketika. Namun ia pun bercerita perempuan itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Bad mood itu hilang seketika dan berganti dengan senyuman lebar di wajahku. Entah ini jahat atau tidak, namun aku senang.
Komunikasiku dengan dirinya semakin erat saja. Pergi bersama dirinya dan melewati hari dengannya menjadi jadwal baru bagiku. Perasaan nyaman saat bersama dirinya sedang aku rasakan dan aku putuskan aku menyukai dia. Entah sejak kapan benih-benih perasaan suka itu muncul hingga akhirnya berbunga mekar di hatiku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, agar tanganku tidak bertepuk sebelah tangan kepada dirinya. Penantian panjang menunggu dirinya untuk menggenggam tanganku erat dengan setia ku tunggu hingga bayangan kenangan ini ku bawa ke dalam mimpi.

PUISI



Kamu

Oleh : Adlin Fakhrana

Dari dirimu kurasakan arti cinta sejati
Dari dirimu kudapatkan sebuah keindahan
Kau perlakukanku dengan indah di pelukanmu
Kau memberiku segalanya tanpa aku pinta
Bersamamu aku merasa bahagia
Bersamamu hidupku terasa lebih indah
Melewati hari-hari denganmu, sekarang adalah mimpiku
Engkau bagai malaikat tanpa sayap yang dikirim oleh Tuhan
Kau selalu membuatku tersenyum dengan leluconmu
Kau selalu menyemangatiku dengan caramu
Memandangiku adalah hobimu
Dan hal itu yang sekarang aku rindukan
Melalui puisi ini ku deskripsikan perasaanku kepadamu
Dari aliran darahku, degupan jantungku, dan otakku yang terus memikirkanmu
Aku mencintaimu dan merindukanmu
Penyemangatku, pangeranku, dan hidupku…