Penantian Panjang
Ku coba pejamkan mata ini untuk sekian kalinya.
Entah tidak biasanya raga ini belum juga terlelap dalam gambaran mimpi-mimpi.
Bayangan dirinya selalu mengahantui pikiran
ini, entah apa namanya. Seolah
sosok itu menjadi suatu yang selalu berputar dan melayang dipikiranku. Apakah
ini yang namanya jatuh cinta seperti yang diceritakan teman-temanku? Ya aku
harap itu benar. Lelaki yang telah membuatku tidak perlu untuk bermimpi lagi,
seolah kebahagiaan sudah terukir bersama dirinya.
Waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi, tapi mata ini
masih tidak mau berkompromi dengan rasa kantuk yang begitu dalam. Apakah ia
bernasib sama denganku sekarang? Apa ia juga memikirkan diriku layaknya hal
diriku yang memikirkan dirinya?
Perkenalkan aku Siska, mahasiswa baru di universitas
swasta daerah Jakarta. Dari awal masuknya diriku dalam ruang lingkup yang baru
ini perasaan itu semua dimulai. Pertemuan dengan mahasiswa baru pagi itu
berjalan dengan lancar. Aku pun berkenalan dengan Nia dan Sari yang sekarang
menjadi sahabatku di kelas yang baru ini. Mereka sangat asik dan sangat rajin
sehingga aku pun tertular virus rajin dari mereka berdua.
Sebulan pun berlalu melewati hari demi hari di
kampus, mengerjakan setumpuk tugas yang selalu hadir seolah itu menjadi
kebutuhan pokok di kehidupanku yang baru ini. Hingga suatu saat senyuman indah
itu hadir, penyemangat untuk mengerjakan setumpuk tugas itu telah datang,
seolah tuhan telah mengirimkan malaikat tanpa sayap untuk menemani setiap
hariku.
Malaikat tanpa sayap itu bernama Dika, lelaki yang
berwajah tampan menunjukan kedamaian di dalam dirinya. Aku tentram setiap
bersama dirinya. Dari awal perkenalanku dengan dirinya tergores begitu manis,
diriku seperti sedang memerankan sebuah FTV yang sangat romantis dan aku
menjadi peran utamanya. Kalau mengenang hal itu membuat ku tersenyum sendiri
dan tinggal menunggu orang disekitaku bertanya kenapa. Aku hanya bisa menjawab
dengan senyuman pula. Dari salah berkenalan dengan seseorang, aku menjadi kenal
dia. Entah apa yang sudah direncanakan oleh Tuhan melalui perjalanan lucu ini.
Siang itu, ponselku bergetar menunjukan ada pesan
masuk, dan ternyata pesan itu dari nomor yang belum aku kenal. Kubaca pesan itu
perlahan, dan tertulis dipesan itu sebuah namaku. Entah siapa sosok yang
mempunyai nomor ini dan mengetahui namaku. Kubuang pikiran negatif yang sempat
terlintas dalam otakku. Dan ku balas pesan itu dengan menanyakan siapa dia. Tak
beberapa lama, nomor itupun membalas pesan dari diriku dengan memperkenalkan
dirinya yaitu Dika. Dari percakapan itu pun, aku mengetahui ternyata dia satu
universitas denganku, dan dia sedang mencari perempuan cantik yang dia lihat
sewaktu rapat laboraturium itu. Dia menduga diriku adalah orang yang dituju. Karena
rasa penasarannya denganku, ia mengajakku untuk bertemu.
Ku menunggu dirinya di depan kelasku, entah
mengapa degupan jantungku semakin cepat. Detik-detik berlalu seolah berubah
menjadi jam-jam yang sangat lama. Lalu ponselku bergetar menunjukan pesan masuk
yang ternyata dari dirinya. Isi pesan itu menyatakan bahwa dia sudah berada
didepan kelasku. Dengan langkah gemetar ku menghampiri dirinya. Di depan
kelasku, terlihat sosok laki-laki tinggi kurus berpakaian rapi. Kuyakinkan ia
adalah Dika. Saat kulihat wajahnya, entah mengapa seolah waktu dan sekelilingku
berhenti. Ukiran indah wajahnya membuat mata ini tidak mau berkedip. Namun aku
segera tersadar dan langsung memperkenalkan
diri, terlihat raut kebingungan dari wajahnya. Otakku bertanya-tanya mengapa
dia. Sekian lama dalam kebingungan itupun, akhirnya pertanyaanku terjawab. Ternyata
aku bukan orang yang dituju.
Awalnya aku malu karena ternyata bukan aku yang
dituju olehnya, namun karena hal itu aku bersyukur bisa mengenal dirinya. Lelaki
itu pun melanjuti pencarian sosok perempuan cantik yang dicarinya. Hingga ia
mengabariku bahwa ia telah menemukan perempuan cantik yang beruntung dicari
olehnya. Tiba-tiba perasaan bad mood itu muncul mendengar hal itu. Aku tidak
mau tahu hal itu. Hatiku hancur seketika. Namun ia pun bercerita perempuan itu
tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Bad mood itu hilang seketika dan
berganti dengan senyuman lebar di wajahku. Entah ini jahat atau tidak, namun
aku senang.
Komunikasiku dengan dirinya semakin erat saja. Pergi
bersama dirinya dan melewati hari dengannya menjadi jadwal baru bagiku. Perasaan
nyaman saat bersama dirinya sedang aku rasakan dan aku putuskan aku menyukai
dia. Entah sejak kapan benih-benih perasaan suka itu muncul hingga akhirnya
berbunga mekar di hatiku. Aku selalu berdoa kepada Tuhan, agar tanganku tidak
bertepuk sebelah tangan kepada dirinya. Penantian panjang menunggu dirinya
untuk menggenggam tanganku erat dengan setia ku tunggu hingga bayangan kenangan
ini ku bawa ke dalam mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar